Senin, 29 April 2019

P. Pucuk Umun Menantang Syech Maulana Hasanuddin (ponakannya) Adu Ayam Jago, Taruhannya Tanah Banten

Prabu Pucuk Umun tampak menggenggam tombak pusaka, dan golok ciomas terselip di pinggangnya. Rambutnya gondrong sampai leher, berbusana serba hitam dan mengenakan ikat kepala. Dengan lantang dan berwibawa dia berkata, "wahai ponakanku Maulana Hasanudin jika kamu ingin meneruskan menyebarkan agama Islam di tanah Banten, kita harus bertaruh adu ayam jago, jika kamu kalah kamu harus meninggalkan Banten dan juga Islam agamamu, tapi jika ayam jagomu menang maka sebagai taruhannya jabatan adipati dan kekuasaan atas tanah Banten ini kuserahkan kepadamu".
Dengan membungkuk hormat Syech Maulana Hasanuddin menerima tantangan itu, lalu disepakati arena adu ayam itu di lereng gunung karang yang di anggap wilayah netral.
Syech Maulana Hasanuddin berpakaian jubah san soban putih membawa ayam jago pemberian dari Kanjeng Sunan Ampel, di iringi para Ustadz dan Santri pilihan, juga dikawal oleh senopati dan prajurit untuk menjaga kemungkinan buruk.

Ayam jago Prabu Pucuk Umun diberi ajian Braja Musti, kedua tajinya dipasangi keris tajam beracun di ikat di masing-masing tajinya. Sementara ayam jago Maulana Hasanuddin tak di pasangi apa-apa hanya do'a-do'a yang di panjatkan kepada Allah Sang Pemilik segala, namun sebelum di bawa ke arena ayam jago Syech Maulana Hasanuddin dimandikan di sumur kejayan di Masjid Agung Banten.

Dengan izin Allah ayam jago Syech Maulana Hasanuddin menang, dan ayam jago Pucuk Umun mati terkapar setelah bertarung. Syech Maulana hasanuddin dinyatakan memenangkan taruhan, Pucuk Umun merasa kalah dan memberi selamat kepada ponakannya, dan ia menyerahkan tombak pusaka dan golok ciomas sebagai simbol penyerahan kekuasaan tanah Banten kepada Syech Maulana Hasanuddin.


Cerita ini hanya Cerita Rakyat
Dikutip dari Drama Tarling, Cerita Kesenian Sandiwara, dan Kidung Tembang Bujangga.
Cerita ini bukan berdasarkan Fakta Sejarah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar